Wednesday, 17 September 2014

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Kita tahu bahwa pasokan listrik di Indonesia tidak merata dan kebutuhannya naik setiap tahunnya.10-15 tahun mendatang Indonesia memerlukan pasokan listrik sekitar 7000-15.000 mw,karena itu Indonesia butuh pembangkit tenaga listrik dari sumber-sumber lainnya. Indonesia mempunyai pembangkit listrik dari berbagai sumber energy,misalnya batu bara, air, diesel dan lain-lain. Tetapi PLT yang kita punya sekarang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat.
Dalam permasalahan nasional ini,mungkin PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) adalah solusinya. Bagian utama dari suatu PLTN adalah yang dinamakan teras (inti) reaktor nuklir. Di dalam teras reaktor ini akan terjadi reaksi inti. Reaksi inti tersebut adalah pecahnya inti atom (uranium atau plutonium) menjadi beberapa inti baru, akibat tertabraknya inti uranium oleh neutron. Bersamaan dengan peristiwa ini timbullah panas yang sangat besar dan beberapa neutron baru. Bila neutron baru ini baru ini bertemu dengan inti uranium lagi, maka terjadilah reaksi pembelahan berikutnya. Dengan demikian akan terjadilah reaksi berantai. Dari setiap pembelahan inti ini akan dihasilkan energi panas yang luar biasa. Panas inilah yang dipakai untuk memanaskan air menjadi uap, dan uap air bertekanan tinggi ini dipakai untuk menjalankan turbin pembangkit listrik. Bahan bakar yang digunakan dalam PLTN ini adalah Uranium. Dan cadangan uranium di Indonesia sekitar 57 ton. Bayangkan saja 1kg Uranium dapat menghasilkan sekitar  50.000kwh sedangkan 1kg batubara hanya dapat menghasilkan 3kwh,ini perbandingan yang cukup jauh.
PLTN digolongkan dengan investasi dengan modal yang tinggi dan biaya tahunan yang rendah. Ini dapat menghemat pengeluaran negara kita. Keuntungan lainnya yaitu ramah lingkungan atau anti polusi. PLTN akan mengurangi pembakaran ratusan juta ton sumber daya fosil, yang berarti juga akan mengurangi pembebasan CO2 ke atmosfer yang menjadi penyebab pemanasan global atmosfer bumi secara bertahap. Dan PLTN tidak menghasilkan gas-gas beracun yang menimbulkan efek rumah kaca.
Di Indonesia PLTN sudah mulai berjalan walaupun secara lambat. Telah dilakukan studi tapak, Semenanjung Muria di Jawa Tengah dipilih sebagai PLTN pertama di Indonesia. Patahan di sekitar lokasi ini menghasilkan 0,2 g atau seperlima gravitasi bumi. Pada umumnya reactor di desain untuk padam otomatis pada gempa berukuran 0,3 g.
Tetapi ada beberapa hambatan yang perlu di perhatikan dalam pembangunan PLTN. Pertama, dimanapun PLTN dibangun pasti akan terjadi kecelakaan. Kedua, pembangunan biaya PLTN cukup besar, dan bila terjadi kecelakaan biaya pemulihannya besar,bahkan lebih besar dari pembangunan PLTN itu sendiri. Salah satu sebab mengapa PLTN ditakutkan adalah jika terjadi kebocoran akan timbul pemekatan radioaktif pada makanan.  Misalnya, jika konsentrasi zat radioaktif dalam air adalah 1 ppm, maka di dalam plankton, 15.000 ppm dalam ikan yang memakannya, dan 40.000 ppm dalam bebek yang memakan ikan tersebut. 

Sumber:
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ling1112/pltn.html
kpip-pltn.blogspot.com/p/kelebihan-pltn.html?m=1
http://blog-triks.blogspot.com/2010/11/energi-nuklir-kelebihan-dan-kelemahan.html?m=1

No comments:

Post a Comment